Epidemiologist

Epidemiologist
Epidemiologists help with study design, collection and statistical analysis of data, and interpretation and dissemination of results (including peer review and occasional systematic review). Epidemiology has helped develop methodology used in clinical research, public health studies and, to a lesser extent, basic research in the biological sciences

Rabu, 11 Desember 2013

Jangan Abaikan Darah yang Keluar Saat BAB Meski Hanya Beberapa Tetes


Darah yang keluar bersama kotoran atau tinja seringkali diabaikan oleh kebanyakan orang, apalagi darah yang keluar tidaklah banyak. Tapi ternyata mengabaikan sedikit saja darah yang keluar dari kotoran dapat berakibat sangat buruk. Karena hal tersebut bisa saja tanda kanker usus besar.

"Banyak penderita kanker usus besar tidak sadar bahwa mereka terjangkit penyakit tersebut sampai penyakit itu semakin parah," kata Dr Dean Koh, Ahli Bedah Mount Elizabeth Novena Hospital, Singapura, dalam keterangan tertulis yang diterima detikHealth pada Kamis (1/8/2013).
Seperti yang terjadi pada Toni (50), dia mengalami pendarahan pada saat buang air besar. Meski terkejut tapi dia tidak khawatir. Saat itu ia berpikir bahwa mungkin saja itu hanya masalah penumpukan tinja dan bukan masalah besar.

Tapi ternyata setahun kemudian pendarahan kembali terjadi dan setelah melakukan kolonoskopi, hasilnya mengatakan bahwa ia memiliki tumor ganas.Kisah itu merupakan salah satu contoh dari pengabaian darah yang keluar saat buang air besar. Dr Koh menyarankan bagi siapa saja yang melihat ada darah di tinjanya untuk segera memeriksakan diri ke dokter. Ia juga merekomendasikan untuk melakukan pemeriksaan feses secara berkala bagi yang pernah mengalami pendarahan, atau koloskopi setiap 10 tahun sekali, setelah usia 50 tahun.Kanker usus besar atau disebut juga kanker kolorektal merupakan salah satu jenis kanker ganas yang tumbuh pada permukaan usus besar (kolon) atau anus (rectum). 
Kanker usus besar terjadi pada bagian epitel mukosa usus besar. Faktor penyebabnya bisa keran genetik atau zat karsinogenik pada tubuh. Gaya hidup saat ini dengan makan makanan siap saji sangat berpengaruh pada risiko terjangkitnya penyakit ini.Untuk mencegah kanker usus besar, perlu diketahui gejala-gejalanya, terutama pada perubahan kebiasaan buang air besar, terjadinya pendarahan ketika buang air besar, serta kehilangan berat badan serta nafsu makan. Selain itu, lakukanlah pengobatan dini. Yang tidak kalah penting adalah mengurangi makanan berlemak dan diet, makan lebih banyak buah dan sayuran, serta tentunya olahraga secara teratur.Penelitain telah menunjukkan bahwa pemeriksaan feses dan darah secara berkala dapat mengurangi peluang kematian akibat kanker usus besar hingga 15-21 persen. Selain itu, kolonoskopi dapat mengurangi risiko kematian sampai 60-90 persen. Kanker usus dapat disembuhkan jika didiagnosis secara dini.

"Treatmen yang dilakukan bagi orang berusia dibawah 50 tahun untuk mencegah kanker ini adalah dengan menggunakan kolonoskopi setiap lima tahun sekali. Namun bagi mereka yang memiliki riwayat keluarga dengan kanker usus besar bisa melakukan screening setiap tiga tahun sekali," tutup Dr Koh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar