Epidemiologist

Epidemiologist
Epidemiologists help with study design, collection and statistical analysis of data, and interpretation and dissemination of results (including peer review and occasional systematic review). Epidemiology has helped develop methodology used in clinical research, public health studies and, to a lesser extent, basic research in the biological sciences

Kamis, 28 November 2013

CD4 count

CD4 count (or T-cell count)

The CD4 count is like a snapshot of how well your immune system is functioning. CD4 cells (also known as CD4+ T cells) are white blood cells that fight infection. The more you have, the better. These are the cells that HIV kills. As HIV infection progresses, the number of these cells declines. When the CD4 count drops below 200 due to advanced HIV disease, a person is diagnosed withAIDS. A normal range for CD4 cells is between 600 and 1,500. Usually, when a person with low CD4 cells starts HIV medicines, the CD4 cell count increases as the HIV virus is controlled. Most but not all people will experience an increase in CD4 cell with effective HIV treatment.
The higher your CD4 count, the better.

The same test that measures your CD4 count usually includes a CD8 cell count, too. CD8 cells (also known as CD8+ T cells) are another type of white blood cell that seek out and destroy cells infected with viruses, including HIV-infected cells.

Sel CD4

 Sel CD4 adalah jenis sel darah putih atau limfosit. Sel tersebut adalah bagian yang penting dari sistem kekebalan tubuh kita. Sel CD4 kadang kala disebut sebagai sel-T. 

Ada dua macam sel-T:
Sel T-4 , yang juga disebut CD4 dan kadang kala sel CD4+, adalah sel ‘pembantu’.

Sel T-8, (CD8) adalah sel ‘penekan’, yang mengakhiri tanggapan kekebalan. 

Sel CD8 juga disebut sebagai sel ‘pembunuh’, karena sel tersebut membunuh sel kanker atau sel yang terinfeksi virus. Sel CD4 dapat dibedakan dari sel CD8 berdasarkan protein tertentu yang ada di permukaan sel. Sel CD4 adalah sel-T yang mempunyai protein CD4 pada permukaannya. Protein itu bekerja sebagai ‘reseptor’ untuk HIV. HIV mengikat pada reseptor CD4 itu seperti kunci dengan gembo Hasil tes dapat berubah-ubah, tergantung pada jam berapa contoh darah diambil, kelelahan, dan stres. Sebaiknya contoh darah kita diambil pada jam yang sama setiap kali dites CD4, dan juga selalu memakai laboratorium yang sama. 

Infeksi lain dapat sangat memengaruhi jumlah CD4. Jika tubuh kita menyerang infeksi, jumlah sel darah putih (limfosit) naik. Jumlah CD4 juga naik. Vaksinasi dapat berdampak serupa.Kalau akan melakukan tes CD4, sebaiknya kita menunggu dua minggu setelah pulih dari infeksi atau setelah vaksinasi

WHAT IS A CD4 CELL OR T-CELL?

The More T-Cells the Better! Between 500-1000 Cells/MM3WHAT IS A CD4 CELL OR T-CELL?

CD4 cells or T-cells are the “generals” of the human immune system. These are the cells that send signals to activate your body’s immune response when they detect “intruders,” like viruses or bacteria.
Because of the important role these cells play in how your body fights off infections, it’s important to keep their numbers up in the normal ranges. This helps to prevent HIV-related complications and opportunistic infections. For more information, see the National Cancer Institute’s The Human Immune System.

THE NAME GAME

You may have noticed that your healthcare providers often use the terms “T-cell” and “CD4 cell” interchangeably. When talking in terms of HIV, these two names mean the same thing. They both refer to the same type of cell. While there are many different types of T-cells, these particular cells have a specific receptor site on their surface called the CD4 receptor site. HIV uses this particular receptor to latch on to the T-cell, making it a prime target for infection.
VirusCD4 Cells (T-Cells) send signals to activate your body's immune response when they detect intruders like viruses or bacteria

IT’S ALL ABOUT THE NUMBERS!

Ok, it’s not all about the numbers—but your CD4 count is one of the most important things to consider when you and your healthcare provider are deciding the best way—and time—to treat your HIV disease.
A normal CD4 count can range from 500 cells/mm3 to 1,000 cells/mm3. So if your CD4 count is within that range, the CDC does not generally recommend that you start treatment for your HIV disease, unless there are other concerns (pregnancy, young age, constitutional symptomsacute retroviral syndrome, etc.).
The guidelines from the U.S. Department of Health and Human Services suggest starting treatment when your CD4 count falls to 350 cells/mm3 or below. T This is because opportunistic infections typically begin to affect people whose CD4 counts are below that level. (This is why a CD4 count is often used to determine the stages of HIV disease.)
Recent research has indicated that it may be easier to maintain higher CD4 counts if you start HIV treatment before your CD4 counts drop below 350 cells/mm3. You should discuss when to begin treatment with your healthcare provider and choose the approach that is best for you.

THE BASICS

  • A normal CD4 count ranges from 500–1,000 cells/mm3.
  • When your CD4 count is 350 cells/mm3 or less, it’s time to consider treatment.
  • A CD4 count of fewer than 200 cells/mm3 is one of the qualifications for a diagnosis of AIDS.
  • Your CD4 count can vary from day to day. It can also vary depending on the time of day your blood is drawn and on whether you have other infections or illnesses, like the flu or STDs.
  • Typically, your healthcare provider will check your CD4 counts every 3-6 months.

Selasa, 26 November 2013

Teknik Pengambilan Sampel

Teknik Pengambilan Sampel : Nonprobability Sampling
Pengertian Nonprobability Sampling atau Definisi Nonprobability Sampling adalah teknikpengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik Sampling Nonprobality ini meliputi :Sampling Sistematis, Sampling Kuota, Sampling Insidental, Purposive Sampling, Sampling Jenuh, Snowball Sampling.

1. Sampling Sistematis
Pengertian Sampling Sistematis atau Definisi Sampling Sistematis adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut.Contoh Sampling Sistematis, anggota populasi yang terdiri dari 100 orang, dari semua semua anggota populasi itu diberi nomor urut 1 sampai 100. Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan mengambil nomor ganjil saja, genap saja, atau kelipatan dari bilangan tertentu, misalnya kelipatan dari bilangan lima. Untuk itu maka yang diambil sebagai sampel adalah nomor urut 1, 5, 10, 15, 20 dan seterusnya sampai 100.

2. Sampling Kuota
Pengertian Sampling Kuota atau Definisi Sampling Kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah kuota yang diinginkan.Contoh Sampling Kuota, akan melakukan penelitian tentang Karies Gigi, jumlah sampel yang ditentukan 500 orang, jika pengumpulan data belum memenuhi kuota 500 orang tersebut, maka penelitian dipandang belum selesai. Bila pengumpulan data dilakukan secara kelompok yang terdiri atas 5 orang pengumpul data, maka setiap anggota kelompok harus dapat menghubungi 100 orang anggota sampel, atau 5 orang tersebut harus dapat mencari data dari 500 anggota sampel.




3. Sampling Insidental
Pengertian Sampling Insidental atau Definisi Sampling Insidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan atau insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.

4. Purposive Sampling
Pengertian Purposive Sampling atau Definisi Purposive Sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Contoh Purposive Sampling, akan melakukan penelitian tentang kualitas makanan, maka sampel sumber datanya adalah orang yang ahli makanan. Sampel ini lebih cocok digunakan untuk Penelitian Kualitatif atau penelitian yang tidak melakukan generalisasi.

5. Sampling Jenuh (Sensus)
Pengertian Sampling Jenuh atau Definisi Sampling Jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil.

6. Snowball Sampling
Pengertian Snowball Sampling atau Definisi Snowball Sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar. Ibarat bola salju yang menggelinding yang lama-lama menjadi besar. Dalam penentuan sampel, pertama-tama dipilih satu atau dua orang sampel, tetapi karena dengan dua orang sampel ini belum merasa lengkap terhadap data yang diberikan, maka peneliti mencari orang lain yang dipandang lebih tahu dan dapat melengkapi data yang diberikan oleh dua orang sampel sebelumnya. Begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin banyak. Pada penelitian kualitatif banyak menggunakan sampel Purposive dan Snowball. Contohnya akan meneliti siapa provokasi kerusuhan, maka akan cocok menggunakan Purposive Sampling dan Snowball Sampling.




Cara Pengambilan Sampel dengan Probabilitas Sampling
Ada empat macam teknik pengambilan sampel yang termasuk dalam teknik pengambilan sampel dengan probabilitas sampling. Keempat teknik tersebut, yaitu cara acak, stratifikasi, klaster, dan sistematis.

1. Sampling Acak
Ada beberapa nama untuk menyebutkan teknik pemilihan sampling ini. Nama tersebut termasuk di antaranya: random sampling atau teknik acak. Apa pun namanya teknik ini sangat populer dan banyak dianjurkan penggunaannya dalam proses penelitian. Pada teknik acak ini, secara teoretis, semua anggota dalam populasi mempunyai probabilitas atau kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel. Untuk mendapat responden yang hendak dijadikan sampel, satu hal penting yang harus diketahui oleh para peneliti adalah bahwa perlunya bagi peneliti untuk mengetahui jumlah responden yang ada dalam populasi.

Teknik memilih secara acak dapat dilakukan baik dengan manual atau tradisional maupun dengan menggunakan tabel random.
a. Cara Tradisional
Cara tradisional ini dapat dilihat dalam kumpulan ibu-ibu ketika arisan. Teknik acak ini dapat dilakukan dengan langkah-langkah seperti berikut:
tentukan jumlah populasi yang dapat ditemui;
daftar semua anggota dalam populasi, masukkan dalam kotak yang telah diberi lubang penarikan;
kocok kotak tersebut dan keluarkan lewat lubang pengeluaran yang telah dibuat;
nomor anggota yang keluar adalah mereka yang ditunjuk sebagai sampel penelitian;
lakukan terus sampai jumlah yang diinginkan dapat dicapai.
b. Menggunakan Tabel Acak
Pada cara kedua ini, proses pemilihan subjek dilakukan dengan menggunakan tabel yang dihasilkan oleh komputer dan telah diakui manfaatnya dalam teori penelitian. Tabel tersebut umumnya terdiri dari kolom dan angka lima digit yang telah secara acak dihasilkan oleh komputer.

Dengan menggunakan tabel tersebut, angka-angka yang ada digunakan untuk memilih sampel dengan langkah sebagai berikut:
identifikasi jumlah total populasi;
tentukan jumlah sampel yang diinginkan;
daftar semua anggota yang masuk sebagai populasi;
berikan semua anggota dengan nomor kode yang diminta, misalnya: 000-299 untuk populasi yang berjumlah 300 orang, atau 00-99 untuk jumlah populasi 100 orang;
pilih secara acak (misalnya tutup mata) dengan menggunakan penunjuk pada angka yang ada dalam tabel;
pada angka-angka yang terpilih, lihat hanya angka digit yang tepat yang dipilih. Jika populasi 500 maka hanya 3 digit dari akhir saja. Jika populasi mempunyai anggota 90 maka hanya diperlukan dua digit dari akhir saja;
jika angka dikaitkan dengan angka terpilih untuk individual dalam populasi menjadi individu dalam sampel. Sebagai contoh, jika populasinya berjumlah 500, maka angka terpilih 375 masuk sebagai individu sampel. Sebaliknya jika populasi hanya 300, maka angka terpilih 375 tidak termasuk sebagai individu sampel;
gerakan penunjuk dalam kolom atau angka lain;
ulangi langkah nomor 8 sampai jumlah sampel yang diinginkan tercapai.
Ketika jumlah sampel yang diinginkan telah tercapai maka langkah selanjutnya adalah membagi dalam kelompok kontrol dan kelompok perlakuan sesuai dengan bentuk desain penelitian.

Contoh Memilih Sampel dengan Sampling Acak
Seorang kepala sekolah ingin melakukan studi terhadap para siswa yang ada di sekolah. Populasi siswa SMK ternyata jumlahnya 600 orang. Sampel yang diinginkan adalah 10% dari populasi. Dia ingin menggunakan teknik acak, untuk mencapai hal itu, dia menggunakan langkah-langkah untuk memilih sampel seperti berikut.
Populasi yang jumlahnya 600 orang diidentifikasi.
Sampel yang diinginkan 10% x 600 = 60 orang.
Populasi didaftar dengan diberikan kode dari 000-599.
Tabel acak yang berisi angka random digunakan untuk memilih data dengan menggerakkan data sepanjang kolom atau baris dari tabel.
Misalnya diperoleh sederet angka seperti berikut: 058 710 859 942 634 278 708 899
Oleh karena jumlah populasi 600 orang maka dua angka terpilih menjadi sampel yaitu: 058 dan 278.
Coba langkah d sampai diperoleh semua jumlah 60 responden.

2. Teknik Stratifikasi
Dalam penelitian pendidikan maupun penelitian sosial lainnya, sering kali ditemui kondisi populasi yang ada terdiri dari beberapa lapisan atau kelompok individual dengan karakteristik berbeda. Di sekolah, misalnya ada kelas satu, kelas dua, dan kelas tiga. Mereka juga dapat dibedakan menurut jenis kelamin responden menjadi kelompok laki-laki dan kelompok perempuan. Di masyarakat, populasi dapat berupa kelompok masyarakat, misalnya petani, pedagang, pegawai negeri, pegawai swasta, dan sebagainya. Keadaan populasi yang demikian akan tidak tepat dan tidak terwakili; jika digunakan teknik acak. Karena hasilnya mungkin satu kelompok terlalu banyak yang terpilih sebagai sampel, sebaliknya kelompok lain tidak terwakili karena tidak muncul dalam proses pemilihan.

Teknik yang paling tepat dan mempunyai akurasi tinggi adalah teknik sampling dengan cara stratifikasi. Teknik stratifikasi ini harus digunakan sejak awal, ketika peneliti mengetahui bahwa kondisi populasi terdiri atas beberapa anggota yang memiliki stratifikasi atau lapisan yang berbeda antara satu dengan lainnya. Ketepatan teknik stratifikasi juga lebih dapat ditingkatkan dengan menggunakan proporsional besar kecilnya anggota lapisan dari populasi ditentukan oleh besar kecilnya jumlah anggota populasi dalam lapisan yang ada.

Seperti halnya teknik memilih sampel secara acak, teknik stratifikasi juga mempunyai langkah-langkah untuk menentukan sampel yang diinginkan. Langkah-langkah tersebut dapat dilihat seperti berikut :
Identifikasi jumlah total populasi.
Tentukan jumlah sampel yang diinginkan.
Daftar semua anggota yang termasuk sebagai populasi.
Pisahkan anggota populasi sesuai dengan karakteristik lapisan yang dimiliki.
Pilih sampel dengan menggunakan prinsip acak seperti yang telah dilakukan dalam teknik random di atas.
Lakukan langkah pemilihan pada setiap lapisan yang ada.
Sampai jumlah sampel dapat dicapai.

Contoh menentukan sampel dengan teknik stratifikasi
Seorang peneliti ingin melakukan studi dari suatu populasi guru SMK yang jumlahnya 900 orang, sampel yang diinginkan adalah 10% dari populasi. Dalam anggota populasi ada tiga lapisan guru, mereka adalah yang mempunyai golongan dua, golongan tiga, dan golongan empat. Dia ingin memilih sampel dengan menggunakan teknik stratifikasi. Terangkan langkah-langkah guna mengambil sampel dengan menggunakan teknik stratifikasi tersebut.
Jawabannya adalah sebagai berikut.
Jumlah total populasi adalah 900 orang.
Daftar semua anggota yang termasuk sebagai populasi dengan nomor 000-899.
Bagi populasi menjadi tiga lapis, dengan setiap lapis terdiri 300 orang.
Undilah sampel yang diinginkan 30% x 900 = 270 orang.
Setiap lapis mempunyai anggota 90 orang.
untuk lapisan pertama gerakan penunjuk (pensil) dalam tabel acak.
Dan pilih dari angka tersebut dan ambil yang memiliki nilai lebih kecil dari angka 899 sampai akhirnya diperoleh 90 subjek.
Lakukan langkah 6 dan 7 untuk Iapis kedua dan ketiga sampai total sampel diperoleh jumlah 270 orang.

3. Teknik Klaster
Teknik klaster merupakan teknik memilih sampel lainnya dengan menggunakan prinsip probabilitas. Teknik ini mempunyai sedikit perbedaan jika dibandingkan dengan kedua teknik yang telah dibahas di atas. Teknik klaster atau Cluster Sam¬pling ini memilih sampel bukan didasarkan pada individual, tetapi lebih didasarkan pada kelompok, daerah, atau kelompok subjek yang secara alami berkumpul bersama. Teknik klaster sering digunakan oleh para peneliti di lapangan yang wilayahnya mungkin luas. Dengan menggunakan teknik klaster ini, mereka lebih dapat menghemat biaya dan tenaga dalam menemui responden yang menjadi subjek atau objek penelitian.

Memilih sampel dengan menggunakan teknik klaster ini mempunyai beberapa langkah seperti berikut.
Identifikasi populasi yang hendak digunakan dalam studi. b. Tentukan besar sampel yang diinginkan.
Tentukan dasar logika untuk menentukan klaster.
Perkirakan jumlah rata-rata subjek yang ada pada setiap klaster.
Daftar semua subjek dalam setiap klaster dengan membagi antara jurnlah
sampel dengan jumlah klaster yang ada.
Secara random, pilih jumlah angggota sampel yang diinginkan untuk setiap klaster.
Jumlah sampel adalah jumlah klaster dikalikan jumlah anggota populasi per klaster.

Contoh terapan pemilihan sampel dengan menggunakan teknik klasterMisalkan seorang peneliti hendak melakukan studi pada populasi yang jumlahnya 4.000 guru dalam 100 sekolah yang ada. `Sampel yang diinginkan adalah 400 orang. Cara yang digunakan adalah teknik sampel secara klaster dengan sekolah sebagai dasar penentuan logis klaster yang ada. Bagaimanakah langkah menentukan sampel tersebut?

Jawabannya adalah sebagai berikut.
Total populasi adalah 4.000 orang.
Jumlah sampel yang diinginkan 400 orang.
Dasar logis klaster adalah sekolah yang jumlahnya ada 100.
Dalam populasi, setiap sekolah adalah 4.000/100 = 40 guru setiap sekolah.
Jumlah klaster yang ada adalah 400/40 = 10.
Oleh karena itu, 10 sekolah di antara 100 sekolah dipilih secara random.
Jadi, semua guru yang ada dalam 10 sekolah sama dengan jumlah sampel yang diinginkan.

4. Teknik Secara Sistematis
Teknik memilih sampel yang keempat adalah teknik sistematis atau systematic sampling. Teknik pemilihan ini menggunakan prinsip proporsional. Caranya ialah dengan menentukan pilihan sampel pada setiap 1/k, di mana k adalah suatu angka pembagi yang telah ditentukan misalnya 5,6 atau 10. Syarat yang perlu diperhatikan oleh para peneliti adalah adanya daftar atau list semua anggota populasi.

Untuk populasi yang didaftar atas dasar urutan abjad pemakaian metode menggunakan teknik sistematis juga dapat diterapkan. Walaupun mungkin saja terjadi bahwa suatu nama seperti nama yang berawalan su, sri dalam bahasa Indonesia akan terjadi pengumpulan nama dalam awalan tersebut. Sisternatis proporsional k dapat memilih dengan baik.



Teknik observasi lapangan khusus untuk penelitian di lokasi tambang

Pengumpulan Data penelitian
Teknik ini dilakukan dengan cara melakukan pengamatan langsung di lapangan. Mengamati tidak hanya melihat, melainkan merekam, menghitung, mengukur, dan mencatat kejadian yang ada di lapangan. Teknik ini ada dua macam, yaitu observasi langsung (observasi partisipasi) yaitu apabila pengumpulan data melalui pengamatan dan pencatatan gejalagejala pada objek yang dilakukan secara langsung di tempat kejadian, dan observasi tidak langsung (observasi non-partisipasi) yaitu pengumpulan data melalui pengamatan dan pencatatan gejala-gejala pada objek tidak secara langsung di lapangan. Beberapa cara yang biasa dilakukan dalam observasi adalah sebagai berikut:
1) Membuat catatan anekdot (anecdotal record), yaitu catatan informal yang digunakan pada waktu melakukan observasi. Catatan ini berisi fenomena atau peristiwa yang terjadi saat observasi.
2) Membuat daftar cek (checklist), yaitu daftar yang berisi catatan setiap faktor secara sistematis. Daftar cek ini biasanya dibuat sebelum observasi dan sesuai dengan tujuan observasi.
3) Membuat skala penilaian (rating scale), yaitu skala yang digunakan untuk menetapkan penilaian secara bertingkat untuk mengamati kondisi data secara kualitiatif.
4) Mencatat dengan menggunakan alat (mechanical device), yaitu pencatatan yang dilakukan melalui pengamatan dengan menggunakan alat, misalnya slide, kamera, komputer, dan alat perekam suara.

Observasi tersebut dapat terbentang mulai dari kegiatan pengumpulan data yang formal hingga yang tidak formal. Bukti observasi seringkali bermanfaat untuk memberikan informasi tambahan tentang topik yang akan diteliti. Observasi dapat menambah dimensi-dimensi baru untuk pemahaman konteks maupun fenomena yang akan diteliti. Observasi tersebut bisa begitu berharga sehingga peneliti bisa mengambil foto-foto pada situs studi kasus untuk menambah keabsahan penelitian (Dabbs, 1996: 113).

Teknik Pengambilan Sampel

Teknik Pengambilan Sampel

Pada dasarnya terdapat dua macam teknik pengambilan sampel, yaitu teknik Random dan Non Random. Dalam tulisan ini akan dijelaskan secara singkat keduanya untuk melaksanakan penelitian sampling, sebagai berikut :
1.    Teknik Random Sampling.
Teknik Random sampling ialah teknik pengambilan sampel dimana semua individu dalam populasi, baik secara individual atau bekelompok diberi kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel.
Random sampling yang juga diberi istilah pengambilan sampel secara rambang atau acak yaitu pengambilan sampel yang tanpa pilih-pilih dan didasarkan atas prinsip-prinsip matematis yang telah diuji dalam praktek. Sebab dipandang sebagai teknik sampling paling baik dalam sebuah penelitian. Sampel yang diperoleh secara rambang lebih mantap bila dibandingkan dengan incidental sampel yang diperoleh secara insidental. Sebab cara ini kurang menggunakan prinsip ilmiah yang baik.
Dalam praktek produser Random sampling meliputi :
a) Cara undian.
Pengambilan sampel secara undian ialah seperti layaknya orang melaksanakan undian. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :
1)      Membuat daftar yang berisi semua subyek, obyek, peristiwa atau kelompok yang akan diselidiki.
2)      Memberi kode yang berupa angka-angka untuk semua yang akan diselidiki dalam nomor 1.
3)      Menulis kode tersebtu masing-masing pada selembar kertas kecil.
4)      Menggulung setiap kertas kecil berkode tersebut.
5)      Memasukkan gulungan-gulungan kertas tersebut dalam kaleng atau tempat sejenis.
6)      Mengocok baik-baik kaleng tersebut.
7)      Mengambil satu persatu gulungan tersebut sejumlah kebutuhan.
b)   Cara ordinal.
Cara ini dilakukan dengan memilih nomor-nomor genap, gasal, atau kelipatan tertentu. Langkahnya ialah : Membuat daftar yang berisi semua subyek, obyek peristiwa atau kelompok yang akan diselidiki lengkap dengan nomor urutnya. Mengambil nomor-nomor tertentu. Misalnya nomor-nomor gasal semua atau genap semua atau nomor-nomor kelipatan.
c)    Cara radomisasi dari table bilangan Random.
Cara ini menentukan para peneliti untuk memilih anggota sampel dengan langkah :
1)   Membuat daftar nomor dan nama subyek.
2)   Membuat table yang berisi nomor-nomor subyek.
3)   Menjatuhkan pencil secara sembarang pada petak-petak tebal yang berisi nomor-nomor sampai diperoleh sebanyak anggota sampai yang dibutuhkan.
2.    Teknik Non Random Sampling.
Teknik Non Random sampling ialah cara pengambilan sampel yang tidak semua anggota populasi yang tidak semua anggota populasi diberi kesempatan untuk dipilih menjadi sampel. Penelitian pendidikan, psikologi, adakalanya menggunakan teknik ini, sebab mempertimbangkan factor tertentu, misalnya umur, tingkat kedewasaan, tingkat kecerdasan dan lainnya.
a)    Macam-macamnya.
Semua teknik sampling yang tidak tergolong dalam random sampling adalah tergolong dalam jenis teknik sampling non random. Macam-macam sampling dalam non random sampling ialah :
1)      Proportional sampling.
2)      Stratified sampling.
3)      Purposive sampling
4)      Quota sampling.
5)      Double sampling.
6)      Area probabilitu sampling.
7)      Cluster sampling.

Penjelasannya.

Untuk menjelaskan masing-masing teknik sampling tersebut akan diutarakan berturut-turut sebagai berikut :
a.    Teknik proporsional sampling.
Teknik ini menghendaki cara pengambilan sampel dari setiap sub populasi dengan memperhitungkan besar kecilnya sub populasi tersebut.
Cara ini dapat memberi landasan generalisasi yang lebih dapat dipertanggung jawabkan dari pada apabila tanpa memperhitungkan besar kecilna sub populasi dan setiap sub populasi.

b.    Teknik Stratifiet Sampling.
Teknik ini biasa digunakan apabila populasi terdiri dari susunan kelompok yang bertingkat-tingkat.
Penelitian pendidikan sering menggunakan teknik ini, misalnya apabila meneliti tingkat-tingkat pendidikan tingkat kelas.

Langkah-langkahnya ialah :
1> Mencatat banyaknya tingkatan yang ada dalam populasi.
2> Menentukan jumlah tingkatan pada sampel berdasarkan proporsional sampling.
3> Memilih anggota sampel dari masing-masing tingkatan pada (a) dengan teknik Proporsional atau Proporsional Random Sampling.
c.    Teknik purposive sampling.
Teknik ini berdasarkan pada ciri-ciri atau sifat tertentu yang diperkirakan mempunyai sangkut paut era dengan ciri-ciri atau sifat yang terdapat pada populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Jadi ciri-ciri atau sifat yang spesifik yang ada atau dilihat dalam populasi dijadikan kunci untuk pengambilan sampel.
d.   Teknik Quota Sampling.
Teknik ini menghendaki pengambilan sampel dengan mendasarkan diri pada Quotum (di Indonesia = kotum). Peneliti harus terlebih dahulu menetapkan jumlah subyek yang akan diselidiki. Subyek populasi harus ditetapkan kriterianya untuk menetapkan kriteria sampel.
Ciri pokok dalam quota sampling ialah abahwa jumlah subyek yang telah ditetapkan akan terpenuhi. Kelemahan utama teknik ini ialah para petugas pengambil sampel kurang terawasi apakah kriteria-kriteria dalam populasi sudah tercermin dalam sampel, sebabnya teknik ini kurang disukai.

e.    Teknik double sampling
Teknik doubel sampling ialah pengambilan sampel yang mengusahakan adanya sampel kembar, yaitu sampel yang diperoleh secara angket (terutama angket yang diperoleh melalui pos). Dari cara itulah terdapat angket yang kembali dan tidak kembali. Masing-masing kelompok dicatat, kemudian bagi angket yang tidak kembali dipertegas dengan interviu. Jadi sampling kedua ini berfungsi menceksampling pertama (yang angketnya kembali).

f.     Tektik area probability sampling.
Teknik ini menghendaki cara pengambilan sampel yang mendasarkan pada pembagian area (daerah-daerah) yang ada pada populasi. Yaitu daerah yang ada pada populasi di bagi-bagi menjadi beberapa daerah yang lebih kecil.

g.    Teknik cluster sampling.
Teknik ini menghendaki adanya kelompok dalam pengambilan sampel berdasarkan atas kelompok yang ada pada populasi. Jadi populasi sengaja dipandang berkelompok, kemudian tersebut dicerminkan dalam sampel. Perlu digaris bawahi bahwa dalam suatu penelitian seseorang boleh menggunakan teknik area probability sampling sedang dalam menentukan obyeknya digunakan teknik random. Maka teknik samplingnya ialah area probability – random sampling.

DESIGN RESEARCH / RANCANGAN PENELITIAN ILMIAH

DESIGN RESEARCH / RANCANGAN PENELITIAN ILMIAH



DESIGN RESEARCH / RANCANGAN PENELITIAN ILMIAH

APA ITU DESIGN RESEARCH
  • Design research atau rancangan penelitian adalah suatu rencana tentang cara mengumpulkan dan mengolah data agar dapat dilaksanakan untuk mencapai tujuan penelitian
  • Yang termasuk rancangan penelitian adalah: jenis penelitian, populasi, sample, sampling, instrumen penelitian, cara pengumpulan data, cara pengolahan data, perlu tidak mengunakan statistik, serta cara mengambil kesimpulan

MACAM DESIGN RESEARCH

Berdasar tujuannya, rancangan penelitian dibedakan:
  1. Eksploratif
  2. Deskriptif
  3. Analitik
  4. Eksperimental

  • Rancangan Penelitian Eksploratif: digunakan untuk menelusuri kemungkinan adanya hubungan sebab akibat antara dua variabel yang belum pernah diketahui
  • Rancangan Penelitian Deskriptif: digunakan untuk menggambarkan besarnya masalah (variabel Orang, Tempat, Waktu)
  • Rancangan penelitian Analitik: digunakan untuk mengetahui hubungan sebab akibat antara dua variabel secara observasional, dimana bentuk hubungan dapat: perbedaan, hubungan atau pengaruh
  • Rancangan Penelitian Eskperimen: digunakan untuk mengetahui hubungan sebab akibat antara dua variabel, dimana sebabnya merupakan intervensi peneliti
  • Pendekatan Cross sectional atau Transversal atau studi Prevalensi adalah penelitian yang dilakukan pada satu saat atau satu periode tertentu dan pengamatan obyek studi hanya dilakukan sekali
  • Pendekatan Longitudinal / Time series à Penelitian yang dilakukan pada periode waktu tertentu, untuk melihat perubahan yang terjadi mulai awal sampai waktu yang ditentukan secara berurutan

BEDA RANCANGAN PENELITIAN OBSERVASIONAL DAN EKSPERIMENTAL

  • Penelitian observasional adalah penelitian dimana peneliti hanya melakukan observasi, tanpa memberikan intervensi pada variabel yang akan diteliti
  • Penelitian ekperimental adalah penelitian dimana peneliti melakukan intervensi pada variabel sebab yang akan diteliti

PENDEKATAN PENELITIAN OBSERVASIONAL

Pada penelitian observasional dibedakan tiga pendekakan:
  1. Cross Sectional
  2. Cohort / Prospektif
  3. Retrospectif / Kasus Kontrol

PENDEKATAN CROSS SECTIONAL

  • Penelitian Analitik Cross Sectional adalah penelitian observaional dimana cara pengambilan data variabel bebas dan variabel tergantung dilakukan sekali waktu pada saat yang bersamaan
  • Populasinya adalah semua responden baik yang mempunyai kriteria variabel bebas dan variabel tergantung maupun tidak
  • Contoh: Hubungan antara Depo Provera dengan Obesitas pada Wanita Usia Subur
  • Jika penelitian menggunakan pendekatan Cross Sectional, maka populasinya adalah:
  • Semua Wanita Usia Subur (baik yang ikut depo provera maupun tidak, serta baik yang obesitas maupun tidak)
  • Cara pengambilan data, setiap responden diambil datanya untuk dua variabel sekaligus
  • Setiap responden (WUS), dilakukan pengambilan dua data sekaligus, yaitu data tentang memakai depo propera atau tidak, sekaligus diukur sedang mengalami obesitas atau tidak

BAGAN DESIGN ANALITIC RESEARCH CROSS SECTIONAL

PENDEKATAN COHORT

  • Penelitian Analitik dengan pendekatan Cohort adalah penelitian dimana pengambilan data variabel bebas (sebab) dilakukan terlebih dahulu, setelah beberapa waktu kemudian baru dilakukan pengambilan data variabel tergantung (akibat)
  • Populasi pada penelitian ini adalah semua responden yang mempunyai kriteria variabel sebab (sebagai kelompok studi)
  • Pada penelitian Cohort perlu kontrol, yaitu kelompok yang tidak mempunyai kriteria variabel sebab
  • Contoh: Hubungan antara Depo Provera dengan Obesitas pada Wanita Usia Subur
  • Jika penelitian menggunakan pendekatan Cohort, maka populasinya adalah:
  • Semua Wanita Usia Subur yang menggunakan Depo Propera (kelompok studi)
  • Sedangkan kelompok kontrolnya adalah: semua WUS yang tidak menggunakan Depo Propera
  • Setelah diamati beberpa waktu tertentu (misal 1 tahun), dilakukan pengambilan data obesitas (variabel akibat), baik pada kelompok sebab maupun kelompok akibat
  • Kemudian data kedua kelompok studi dan kontrol dianalisa dengan menggunakan uji statistik yang sesuai

BAGAN DESAIN PENELITIAN ANALITIK COHORT

PENDEKATAN RETROSPEKTIF

  • Penelitian Analitik dengan pendekatan retrospektif adalah penelitian dimana pengambilan data variabel akibat (dependent) dilakukan terlebih dahulu, kemudian baru diukur varibel sebab yang telah terjadi pada waktu yang lalu, misalnya setahun yang lalu, dengan cara menanyakan pada responden
  • Contoh: Hubungan antara Depo Provera dengan Obesitas pada Wanita Usia Subur
  • Jika penelitian menggunakan pendekatan Retrospektif, maka populasinya adalah:
  • Semua Wanita Usia Subur yang mengalami obesitas (Kelompok studi)
  • Sedang kelompok kontrolnya adalah: semua WUS yang tidak mengalami obesitas

BAGAN DESAIN PENELITIAN ANALITIK RETROSPEKTIF

DESAIN EKSPERIMENTAL

  • Penelitian Eksperimental adalah penelitian dimana peneliti melakukan interventi terhadap varibel sebab yang akan diteliti
  • Desain Esperimental dibagai tiga:
  1. Pra Eksperimental
  2. Quasy Experiment
  3. True Experiment

DESAIN PRA EKSPERIMENT

  • Desain Pra Eskperimental adalah penelitian eksperimen yang hanya menggunakan kelompok studi tanpa menggunakan kelompok kontrol, serta pengambilan respondon tidak dilakukan randomisasi
  • Contoh: Pengaruh penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan Ibu Hamil
  • Populasi: semua ibu hamil
  • Pre Test
  • Intervensi: penyuluhan
  • Post Test
  • Hasil Pre Test dan Post Test dibandingkan dengan uji statistik yang sesuai

BAGAN DESAIN PRA EKSPERIMEN

DESIGN QUASY EXPERIMENT

  • Design Quasy Experiment adalah penelitian eksperimental dimana pada penelitian ini sudah ada kelompok studi dan kelompok kontrol, namun pengambilan responden belum dilakukan secara randomisasi
  • Contoh: Pengaruh penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan Ibu Hamil
  • Populasi: semua ibu hamil, dibagi dua kelompok, studi dan kontrol
  • Pada kelompok studi dilakukan intervensi penyuluhan, sedang pada kelompok kontrol tidak dilakukan intervensi penyuluhan
  • Dilakukan pengambilan data pengetahuan, baik pada kelompok studi dan kelompok kontrol, hasilnya dianalisa dengan uji statistik yang sesuai

BAGAN DESAIN KUASI EKSPERIMEN

TRUE EXPERIMENT DESIGN

  • True Experiment Design adalah penelitian experimen dimana kelompok studi dan kelompok kontrol pengambilan sample-nya dilakukan secara randomisasi, serta pada kelompok studi dilakukan intervensi variabel sebab sedang pada kelompok kontrol tidak dilakukan intervensi.
  • Contoh: Pengaruh penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan Ibu Hamil
  • Populasi: semua ibu hamil, dibagi dua kelompok, studi dan kontrol, dimana pengambilan dilakukan secara randomisasi
  • Pada kelompok studi dilakukan intervensi penyuluhan, sedang pada kelompok kontrol tidak dilakukan intervensi penyuluhan
  • Dilakukan pengambilan data pengetahuan, baik pada kelompok studi dan kelompok kontrol, hasilnya dianalisa dengan uji statistik yang sesuai

BAGAN DESAIN EKSPERIMEN MURNI


REFERENSI
  1. Budiarto, 2004, Metodologi Penelitian Kedokteran, Sebuah Pengantar, Jakarta, EGC
  2. Hasan, 2005, Pokok Pokok Materi Statistik 1 (statistik Deskriptif), Jakarta, Bumi Aksara
  3. Hasan, 2005, Pokok Pokok Materi Statistik 2 (statistik Infereansif), Jakarta, Bumi Aksara
  4. Nasution, 2004, Metode research (penelitian Ilmiah), Jakarta, Bumi Aksara
  5. Silalahi, 2003, Metodologi Penelitian dan Studi Kasus, Sidoarjo, Citramedia
  6. Tjokronegoro, 2004, Metologi Penelitian Bidang kedokteran, Jakarta, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.